Perubahan perilaku pada ibu hamil, jika kadarnya masih normal, tidak
akan mengganggu proses tumbuh kembang janin. Namun, ada batasan yang
mesti diwaspadai, yakni saat perilaku ibu sudah “keterlaluan”. Kriteria
keterlaluan memang terkesan rancu, tapi yang pasti waspadai jika ibu
terlihat dilanda kecemasan berlebih atau stres sehingga perilakunya bisa
“membahayakan” janin. Misalnya, kemalasan ibu sampai membuatnya masa
bodoh dengan kehamilannya. Atau kemarahan yang terjadi sudah sering
berubah menjadi amukan. kondisi psikis yang terganggu akan berdampak
buruk pada aktivitas fisiologis dalam diri ibu. Umpamanya, suasana hati
yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak
jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat
dan sekresi asam lambung. Di samping itu, dapat pula memunculkan gejala
fisik seperti letih, lesu, gelisah, pening, dan mual. Semua dampak ini
akhirnya akan merugikan pertumbuhan janin karena si kecil sudah dapat
merasakan dan menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari
luar dirinya. Apalagi masa trimester pertama merupakan masa kritis
menyangkut pembentukan organ tubuh janin. Oleh karena itu, walaupun
sifat pemalas, pemarah, sensitif, dan manja wajar muncul di masa hamil,
Banyak hal yang bisa dilakukan. Jika perubahan ini ditanggapi secara
positif, baik ibu maupun janin akan lebih sehat kondisinya. Inilah
hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya
dampak psikis yang negative.
1. Menyimak informasi seputar kehamilan
Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran, tabloid, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang menghadapi kehamilan. Ibu pun jadi tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu terhadap perubahan pada dirinya, tak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis.
2. Kontrol teratur
Kontrol bisa dilakukan pada dokter kandungan atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa menanyakan tentang perubahan psikis yang dialami. Biasanya, bila ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.
3. Perhatian suami
Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.
4. Jalin komunikasi
Jangan pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi komunikasikanlah hal itu kepada suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat berpengaruh terhadap kestabilan emosi ibu hamil. Sebaliknya, perasaan ibu hamil yang dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan.
5. Beraktivitas
Sangat dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat meredakan gejolak perubahan psikis. Bisa dengan menjahit, melukis, bermain musik, atau apa pun. Umumnya, ibu yang aktif di luar rumah bisa mengatasi berbagai perubahan psikisnya tersebut dengan lebih baik.
6. Perhatikan kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi. Hindari mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi kehamilan.
7. Relaksasi
Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur napas, senam yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar